Jumat, 17 Maret 2017

Perjalanan ke Kampung Inggris

Jumat, 17 Maret 2017

Sudah dua hari aku kembali ke kampung halaman setelah beberapa bulan menemukan keluarga baru di seberang kota, ya, Kediri, Pare Kampung Inggris tepatnya. Aura kehangatan kasih bersama mereka masih begitu melekat seakan aku tak ingin lepas dari mereka. Tetapi apalah daya, hidup harus terus berlanjut untuk menemukan hal baru, ilmu baru, dan kewajiban serta tugas-tugas baru.

Sejatinya keinginan untuk mencari pengalaman di Pare sejak mulai menginjak kuliah pada semester 1 lalu dari tingkat sarjana, 8 tahun yang lalu. Tapi lagi-lagi karena kesibukan dengan tugas-tugas yang saling berkejaran, hamdanlillah, Allah berinya kesempatan di penghujung tahun 2016 hingga awal 2017 ini.

Terkadang ada perasaan, “ah rasanya aku cukup terlambat untuk belajar ke Kampung Inggris,
teman-teman seangkatanku, dulu mereka berramai-ramai usai lulus dari Aliyah segera mencicipi atmosfer Kampung Inggris, sementara aku, sudah lebih dari 10 tahun terlewati, mengapa baru sekarang.” Tetapi kemudian aku pun teringat pepatah dari seorang guru, untuk hal kebaikan tidak ada kata terlambat, tidak mengenal waktu, tidak mengenal usia, tidak mengenal jabatan pun pangkat. Ya, aku pun bersyukur kini diberiNya kesempatan itu. Karenanya, ketika ditanya, apa alasanmu datang ke Kampung Inggris, aku selalu menjawab untuk “bermain.” Ya, karena bagiku aku hidup di belahan bumi manapun adalah sebuah permainan, permainan yang harus aku menangkan, permainan yang membuat aku belajar banyak hal, dari berbagai sudut, terlebih belajar mengerti apa yang dikehendaki oleh Sang Pemberi Permainan dalam ridhoNya.

Selama hampir 10 tahun terakhir, aktivitasku lebih banyak di Jawa Timur, meski asli kelahiran Brebes, dan sejak lulus Tsanawiyah selalu merantau, di beberapa kota khususnya Malang. Baru kali ini diberiNya kesempatan untuk menetap sedikit lebih lama di Kediri yang pada biasanya hanya sehari-dua hari. Karenanya, aku begitu parno walau hanya untuk sekadar pergi ke Kediri karena ini pertama kalinya seorang diri.

Mulailah dengan browsing di internet mengenai segala macam Kampung Inggris, mulai dari persiapan barang-barang yang harus kubawa, pilihan kursus yang tepat, sampai kebiasaan-kebiasaan yang mungkin akan aku lakukan di sana. Akhirnya, dengan berbagai pertimbangan jatuhlah pilihan kursus yang akan kujamah adalah Al Fitrah Course.

Tanggal pemberangkatan sudah kupastikan, tiket kereta api sudah di tangan, perlengkapan sudah kupacking. Berangkatlah diriku dengan niat mencari dan memupuk bentuk cintaNya yang penuh dengan kejutan untuk kuraba, kujamah, kucicipi, kunikmati, pun kusyukuri.

Stasiun Penuh Kenangan, Kasih dan Cinta bersamaMu, hamba-hambaMu yang dipenuhi cinta

Sesungguhnya aku bukan tipe orang yang suka membawa banyak barang ketika bepergian, terlebih pada tempat yang belum pernah kukunjungi. Tetapi karena parno khawatir ini dan itu, maka cukuplah agak banyak aku bawa itu barang-barang. Mulai dari hal terkecil seperti gunting, sendok, kabel rol, sampai pakaian komplit dari ujung rambut hingga ujung kaki lebih dari 10 pasang. Alhasil aku tak begitu kuat untuk membawa itu barang dengan kondisi tubuhku yang ringkih. Tetapi dalam hati kuteguhkan, aku wanita perkasa, aku pasti bisa. Dan, treng teng teng..... setelah sampai di kota tujuan, stasiun Kediri, aku kerepotan membawa barang-barang. Aku juga tidak begitu percaya dengan kuli-kuli panggul yang ada.

Hemmh, masih melekat ingatan waktu itu dalam perjalanan di kereta. Di sampingku ada seorang laki-laki, wajahnya lebih tua dariku sepertinya, tidak cukup tinggi juga tidak cukup pendek, standar dari laki-laki Indonesia, cakep??? Hemmh umum seperti orang Indonesia juga. Kami bertegur sapa, berkenalan, dan kami turun di kota dan stasiun yang sama. Bertambah cakap-cakap, ia pun bercerita akan mempelajai TOEFL di Global English, untuk keperluan tes universitas di luar negeri, paparnya. Dan ini kali kedua ia pergi ke Pare untuk menimba ilmu mengenai bahasa Inggris. Pertama, ketika ia masih semester 3 pada saat liburan semester. Dan kini, kedua, ia sudah lulus sarjana dan akan melanjutkan kuliah di luar negeri. Dalam hatiku berkata, “Oooh, ternyata masih cukup jauh lebih muda dariku.” Dan, yang gak habis pikir, dia enjoy saja dengan dirinya sedang melihatku kesusahan membawa tas yang cukup besar dengan tubuh mungilku ini. “Aiiih, bukan lelaki Jawa, tidak ada peduli sama sekali dengan orang lain atau setidaknya basa-basi,” gerutu dalam hatiku. Sampai akhirnya orang yang mau menjemputku datang.

Tunggu sesi-sesi selanjutnya yaaa... dan jangan lupa tinggalkan komentar Anda 😉


2 komentar:

  1. Ah mom alda bikin kepo nih ... Nanggung banget..

    BalasHapus
  2. Hahaha wait yah baby.... Insya Allah everyday I wanna write some story hehehe

    BalasHapus