Jumat, 23 Desember
2011. Hari itu ujian terakhir dari pekan ini. Peer teaching dan kebetulan tiba
giliranku. Bukan masalah bagiku yang sudah pengalaman mengajar 2 tahun di MA Al
Hikmah Brebes dan satu semester di SMA 9 Malang. Namun tetap saja jika tidak
ada persiapan yang matang, inti pembelajaran yang hendak disampaikan tidak
dapat diserap siswa, pun harus sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan.
Berbagai persiapan
jauh-jauh hari sudah aku siapkan namun
tetap beberapa jam sebelum pelaksanaan
tersebut aku merecheck kembali untuk meyakinkan tidak ada kekurangan. Tepat
pukul 07.00 WIB kelas di mulai. Sekitar 15 orang satu persatu dari kami
bergiliran. Aku berada diurutan nomor 5.
Sebelum tiba
giliranku, aku sudah bolak-balik ke toilet 2 kali. Tidak enak sebenarnya izin
terus tapi bagaimana lagi kondisiku memang belum kembali stabil. Beberapa menit
sebelum giliranku, aku sempatkan memohon padaNya. “Semoga suaraku jelas dan
tidak ada hajat ke belakang saat peer teaching berlangsung.” Yach, bersyukur
berjalan lancar walaupun ada beberapa sesi yang di-prememori-kan karena
mengejar waktu agar semua giliran bisa mendapatkan kesempatannya. Namun dari
hal ini membuat beberapa penilaian tidak tampak pada peer teachingku, learning
community dan beberapa model pembelajaran tidak masuk ke dalam penilaian.
Walaupun ternyata di akhir kelas langsung diumumkan nilai yang kami peroleh.
94. Hamdanlillah ya Rabb...
Usai tiba
giliranku, aku kembali bolak balik ke toilet hingga 5 kali. Tepat pukul 12.45
WIB, sang dosen bertanya, “Oby, sakit? Tidak apa-apa pulang lebih dulu saja”
sarannya. Ingin pulang lebih dulu namun aku menolak karena teman-teman masih
membutuhkan kehadiranku karena peserta putra lebih dulu meninggalkan kelas
untuk memenuhi panggilanNya. Kelas berakhir di jam 13.30 WIB. Beberapa dari
kami ada remidial, lebih banyak kelas putra yang akan dilaksanakan selasa, 27
Desember pekan depan.
Segera aku tunaikan
kewajiban di waktu dhuhur, makan siang dan istirahat sejenak. Tidak terasa jam
sudah menunjukkan angka 2 mendekati 3. Janji pertemuan dengan salah satu guru
SMA 9 pukul 15.00 WIB. Sementara di luar sana hujanNya masih mengucur deras.
Segera konfirmasi bila ada keterlambatan ke beliau, yang ternyata beliau adalah
putri dari Pak Ketut, dosen pasca UM.
Tepat pukul 16.00
WIB, Masku datang menjemput. Segera kami menuju alamat yang diberikan.
Perumahan Pondok Mutiara Asri, Pandanlangung Barat. Jalan kesana kemari
ternyata kami melesat jauh dari tempat tujuan. Hampir satu jam lebih mencari
rumah beliau dan akhirnya ditemukan. Perbincangan dan kesepakatan pun
didapatkan baik dari desain maupun untuk percetakannya.
Usai janji pertama
terpenuhi, Masku mengajak bertemu dengan clientnya di Arjosari. Kata deal sudah
didapatkan, kami segera menuju rumah makan. Obrolan kesana kemari termasuk
kegelisahan Mas Mario yang melihat dua cincin di jariku dan tidak terasa jam
sudah menunjuk hampir ke angka 9. Segera kami bergegas dan aku pun tidak lupa,
sudah waktunya aku memberikan obat yang dibutuhkan tubuhku.
Satu pengalaman hari ini, mengenal dunia lebih luas dalam pandangan yang luas pula. SubhanalLah... kata itu yang terus aku ucapkan saat perjalanan menuju rumah Pak Ketut, alamNya sungguh menawan dan benar akan kebesaran serta cintaNya.
cintaNya hanya diberikan pada hambanya yang dicintaiNya, semoga mba termasuk salah satunya :)
BalasHapusDek Farobi, amiien.. semoga untuk Farobi juga :)
Hapus