Sabtu, 03 Juni 2017

Ketika Penantian Sesempurna Malam bersamaNya

Sabtu, 03 Juni 2017

tak ada yang lebih tabah
dari hujan bulan Juni
dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu

tak ada yang lebih bijak
dari hujan bulan Juni
dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu

tak ada yang lebih arif
dari hujan bulan Juni
dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu

Puisi syahdu buah pemikiran dari sastrawan terkemuka tanah air, Sapardi Djoko Damono, dengan judul “Hujan Bulan Juni” di atas begitu fenomenl dan familiar khususnya di kalangan pecinta sastra lebih tepatnya pecandu puisi. Puisi ini memiliki diksi yang sederhana dan biasa di dengar oleh telinga kita. Strukturnya pun lugas. Namun runtutan katanya melahirkan makna yang teramat dalam. Penuh dengan kata-kata konotasi dan gaya bahasa yang mengagumkan hingga mampu menyentuh hati pembaca maupun pendengarnya.

Sebagaimana kita tahu, mengharapkan hujan datang pada bulan Juni adalah sebuah kemungkinan kecil. Ia harus menanti datangnya hujan tersebut hingga beberapa bulan ke depan. Tentu saja yang kita ketahui bersama karena wilayah di Indonesia terletak di daerah tropis, dua musim lah yang dimiliki; hujan dan kemarau. Walaupun dewasa ini kedua musim tidak dapat diprediksi, saatnya musim kemarau tetapi hujan terus saja menyiramkan berkahnya, begitu juga sebaliknya. Hal ini banyak penyebab dan pendapat, serta perlu pengajian yang lebih mendalam dengan berbagai disiplin ilmu. Bahkan, salah seorang temanku berkata, “Hujan bulan Juni, itu pertanda bumi telah sekarat!” Tentu saja ini perlu perenungan yang mendalam juga.

Kembali pada hakikatnya dua musim yang ada di Indonesia. Mengharapkan hujan datang pada bulan Juni adalah sebuah ketidakmungkinan. Karenanya ia begitu tabah, bijak, dan arif serta dengan sabarnya menanti hujan itu datang yang dengan ketabahan, kebijakan, dan kearifannya itu ia peroleh melalui kesetiaan sehingga berbuah manis. Menanti hujan ialah menanti sesuatu, seseorang, atau sebuah kondisi yang ia harapkan.

Demikian aku menanti obat lukaku dari sekian lamanya. Seiring berjalannya waktu, situasi dan kondisi yang kutapaki membuat luka itu perlahan mengering dan mengecil. Di sini, di Kampung Inggris aku temukan itu. Bukan tanpa maksud Allah tuntun aku pada lembaga yang konon terkenal di sosial media kala itu, Al Fitrah Course. Bukan pula baru kali ini kutemukan situasi dan kondisi yang demikian. Namun begitulah Allah menghadiahiku, dengan situasi dan kondisi yang tepat membuat semua proses hari demi hari itu berjalan dengan melodi yang menenangkan.

Hampir 3 bulan lalu aku pergi dari Kampung Inggris, namun kerinduan dan kenangan itu masih saja menari dan melekat pada bayang-bayang mataku, pada guratan di hatiku. Aku tak ingin ia hanya berlalu begitu saja seperti momen-momen beberapa tahun ini yang tak sempat aku kanvaskan karena kesibukan akan hatiku yang tak kunjung usai membuat segalanya lamat-lamat menghilang di udara. Memoriku yang terbatas, yang kadang lupa bahkan sering, membuat aku tidak mampu belajar dari kesalahan yang telah lalu. Membuat momen-momen berharga dan bermakna terkubur dan tertumpuk oleh urusan-urusan yang tak kunjung usai menyoal lukaku yang begitu nikmat. Harapku dengan kuukir di sini, aku mampu kembali mengingat, aku mampu kembali mensyukuri, aku mampu kembali mencintai diriku dan orang-orang yang mencintaiku di kala aku tengah alpa dari kesadaranku.

Tidak dipungkiri kehadiranku di Al Fitrah, aku begitu banyak mendapatkan cinta dan keluarga. Setidaknya itulah yang sangat berharga bagiku. Namun kita tidak munafik, kedatangan dan memilih lembaga di Pare bukan semata-mata mencari cinta dan keluarga. Tentu saja orang yang datang dan dapat dikatakan hampir seluruhnya adalah mencari lembaga kursus untuk belajar (baca: bagi pemula hingga mahir) dan mengasah kemampuannya dalam bahasa Inggris, Arab, dan disiplin ilmu-ilmu lainnya.

Bulan pertama yang dijalani dihiasi dengan kekecewaan pasal banyak yang tidak sesuai dengan ekspektasi selama ini berdasarkan informasi dari media sosial Al Fitrah Course. Jujur saja, dalam anganku ketika datang pertama kali aku akan datang ke meja resepsionis lalu melihat-lihat kondisi kelas juga asrama. Bukan kemewahan pula aksesoris yang mahal yang diharapkan tetapi kenyamanan dan terkoordinasi dengan baik. Satu kamar diisi 4 – 8 orang bukan masalah bagiku. Namun manajerial dan kepemimpinan yang terstruktur perlu ada dengan jelas.

Hari demi hari hingga sampai satu dua minggu lambat laun aku mengerti. Lembaga ini baru berdiri berkisar hampir 2 tahun. Tentu saja masih meraba-raba manajemen dan pengondisian yang tepat. Aku memaklumi itu, juga di balik semua hal ada dua sisi, baik dan buruk. Namun lagi, bukankah ketika kita melakukan kesalahan kita tidak ingin jatuh pada lubang yang sama? Demikianlah, setiap periode pada setiap bulannya di tanggal 10 dan 25 sudah banyak dilewati dalam masa kurun 2 tahun tersebut. Seyogyanya Al Fitrah mampu berkaca dari hal yang telah lalu. Setidaknya sesuai dengan apa yang dipasarkan melalui media sosialnya.

Berbicara mengenai hal ini dapat diibaratkan pembeli dan penjual. Di sana terjadi jual beli. Muamalah, dan ada akad. Akad yang jelas. Tentu saja sebagai pelakon muamalah kita harus saling tahu kondisi barang dan harga yang ditawarkan. Ketika disepakati barulah terjadi akad jual beli tersebut. Begitu pula di Al Fitrah, kami pendaftar adalah pembeli sedangkan lembaga adalah penjual. Paket ataupun segala macam yang ditawarkan perlu digamblangkan kepada pembeli dengan harga yang jelas dan transparan sehingga pembeli tidak ragu bahkan kecewa dengan kualitas ataupun kondisi dari barang yang dijual tersebut.

Al Fitrah yang mempunyai arti suci dalam bahasa Indonesia memiliki kenangan dan arti yang mendalam bagiku. Aku tak ingin melihat di kemudian hari Al Fitrah kembali terjerembab pada lubang yang sama. Al Fitrah bagian dari cerita jalan cintaku. Aku harapkan Al Fitrah mampu menengok spion dan belajar lebih baik dari berbagai sudut, setidaknya sesuai dengan yang dipasarkan dan ditawarkan melalui media sosialnya.

Menyoal kesabaran, keikhlasan, husnul khotimah, tawakkal, yang perlu disikapi dari kondisi ini bukan pada tempatnya. Kita perlu profesional dan terus meng-upgrade karena pastinya Al Fitrah pun tahu, lembaga di Pare hampir 200 dan setiap tahunnya bertambah. Banyak juga yang gulung tikar lantaran tidak komitmen atau dengan berbagai penyebab lain. Aku tekankan sekali lagi setidaknya sesuai dengan yang dipasarkan melalui media sosialnya. Akhirnya, aku tuliskan beberapa hal berikut yang mungkin mampu Al Fitrah perbaiki ke depannya sehingga menjadi lembaga rujukan, lembaga dengan kredibilitas tinggi, istiqomah dengan kesuciannya, dan barokah.

1.    Adanya tutor tetap yang berpengalaman di asrama masing-masing (baca: bukan dari member senior yang masih belajar), setidaknya 1 orang. Hal ini sangat diperlukan untuk menunjang akselerasi perkembangan bahasa dari member sehingga mampu terkontrol dengan tepat dan benar sesuai dengan paket yang diambil.
2.   Tutor pembantu diizinkan untuk menimba ilmu di lembaga lain yang dianggap mempunyai kredibilitas tinggi yang patut dicontoh (baca: semacam studi banding). Misal, The Daffodils, Mr. Bob, Mahesa, Kresna dan lain sebagainya. Dengan catatan, tutor pembantu mengikuti materi hingga akhir dalam satu paket yang diambil. Hal ini diperlukan untuk menimba berbagai bentuk metode pembelajaran, materi, ataupun cara penguasaan kelas. Apabila hanya sebagian materi yang diikuti, tentu saja hasilnya tidak maksimal karena terkadang tutor membuat media dan strategi pembelajaran untuk satu paket utuh.
3.     Asesmen yang tepat dan terukur. Hal ini sangat diperlukan dalam sebuah pembelajaran. Seseorang dapat dikatakan berhasil atau tidak dalam seutas materi apabila sudah melalui asesmen. Adanya asesmen baku khusus dari Al Fitrah untuk semua materi, baik speaking, writing, pronunciation, grammar, dls. Hanya tinggal menambah asesmen lain sesuai kebutuhan pada masing-masing materi tersebut. Hal ini disampaikan kepada member sehingga sertifikat yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan.
4.   Masih dalam koridor asesmen, yakni terkait kehadiran. Metode pembelajaran dengan sistem otoriter sebaiknya sedikit demi sedikit dihilangkan sehingga member belajar berdasarkan kemauan dan tekadnya. Dengan catatan member tahu konsekuensi apabila tidak mengikuti pembelajaran dari minimal waktu kehadiran yang ditentukan. Hal ini diperlukan karena belajar dalam kondisi mental serta fisik yang nyaman akan menunjang pembelajaran yang maksimal. (catatan: sistem di beberapa lembaga di Indonesia termasuk sebagian lembaga kursus di Pare menerapkan hal ini; minimal kehadiran 80% sehingga apabila tidak mencukupi ia tidak berhak mengikuti ujian dan tidak mendapatkan sertifikat). Atau bentuk asesmen lain yang mengikat dan rasional.
5.    Untuk program Master English, apabila member harus melakukan peerteaching di akhir masa waktu yang ditentukan, maka sampaikanlah di awal dan di program atau brosur dan sejenisnya baik cetak maupun online di media sosial sehingga member lebih siap. Hal ini perlu dilakukan mengingat ini adalah muamalah, jadi harus jelas ‘akadnya maupun barangnya.’.
6.       Adanya pemberitahuan di awal seperti halnya peerteaching, apabila member tidak diperkenankan mengambil kelas di luar Al Fitrah.
7.       Perlu adanya officer (bukan dari tutor atau member) yang berpengalaman di bidangnya, sehingga manajemen pembukuan, keuangan, pembelajaran, kesekretariatan, dan lain sebagainya berjalan dengan tertib.

Aku kira tujuh hal di atas cukup penting untuk dirumuskan agar Al Fitrah selalu lebih baik dan makin baik. Berdasarkan pengalamanku mengambil paket 3 bulan di Al Fitrah, aku mencoba mengikuti semua aturan setidaknya tidak meninggalkan kegiatan yang diadakan oleh Al Fitrah. Waktu bagiku sangat berharga. Waktu yang diberikan padaku saat itu adalah hanya 3 bulan, dan kupikir aku harus memaksimalkan apa yang kubutuhkan dan kuinginkan. Setidaknya mengambil pengalaman yang berharga. Bagaimana jika 3 bulan itu aku tidak mendapatkan kembali waktu untuk ke Pare? Entah karena kesibukanku di bidang lain atau mungkin tidak mampu kembali ke dunia fana ini? Siapa yang akan menjamin hal ini? Aku belajar dari pengalamanku yang telah lalu ketika waktu begitu sangat berarti dan menyiksaku saat itu, tiap detiknya sangatlah berarti. Karenanya, aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan 3 bulan yang diberikan ini.

Bulan pertama aku mencoba mengambil kelas privat di luar kelas Al Fitrah. Namun hanya berjalan beberapa kali pertemuan karena merasa tidak cocok untuk kelas dan materi yang kuambil. Bulan kedua mengambil satu kelas di The Daffodils pada waktu jam istirahat di Al Fitrah. Bersyukur, aku menemukan yang aku cari. Beliau Snr. Agustin. Banyak hal baik yang bisa diambil dari beliau. Aku beruntung mendapatkan kesempatan belajar darinya. Lain kesempatan aku ceritakan.

Bulan ketiga aku kembali mengambil kelas di The Daffodils. Berbagai alasan aku mengambil kelas di sana. Pertama, karena lokasi tidak terlalu jauh dari Al Fitrah. Kedua, mempunyai kredibilitas tinggi dengan tutor-tutor yang berpengalaman dan telah menjadi lembaga favorit di Pare dalam bidang Speaking. Ketiga, manajemen yang baik dan pelayanan yang ramah. Keempat, biaya terjangkau. Kelima, waktu yang fleksibel dan tidak mengikat namun rasional dan profesional. Namun tentu saja setiap lembaga ada kekurangan dan kelebihan. Selengkapnya lain kesempatan aku ceritakan.

Bulan ketiga ini aku mengambil dua kelas di awal dan satu kelas di pertengahan bulan. Tentu saja dengan tidak mengganggu jam pelajaran di Al Fitrah. Hanya satu kelas aku tidak mengambil di Al Fitrah, dan sejujurnya aku merasa merugi. Tetapi itulah pilihan, setiap pilihan akan ada hak dan tanggung jawab yang mengikutinya. Karena waktu istirahat digunakan untuk mengambil kelas di lembaga lain, alhasil waktu istirahatku sangat kurang bahkan untuk menelpon atau menyapa keluarga sekalipun. Tetapi sekali lagi, itu tidak masalah karena aku telah membuat pilihan.

Bulan ketiga di Al Fitrah, aku dimintai tolong untuk membantu mencoba belajar mengajar (di atas aku katakan peerteaching). Bukan hal baru dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi tetap saja karena materi yang aku bawa adalah baru, aku harus belajar. Sekalipun materi itu bukan hal baru, namun peserta didiknya berbeda, dan tetap saja aku perlu belajar. Karena zaman berjalan dinamis dan terus berubah. Tentu saja ini membuatku untuk harus terus belajar hingga akhir.

Awalnya kelas Pronunciation, dan aku sudah hampir menyelesaikan RPP untuk kelas dalam massa 2 pekan. Tetapi kelas belum dimulai, permintaan kelas itu berubah menjadi kelas Speaking. Akhirnya, aku banting setir membuat RPP materi Speaking untuk kelas dalam masa 2 pekan. Bagiku RPP itu penting, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, atau RPS (Rencana Pembelajaran Semester) harus dibuat sebelum pembelajaran dilakukan. Karena dengan adanya RPP atau RPS, pembelajaran yang akan dilakukan lebih terarah dan sampai pada tujuan yang dikehendaki. Mulai dari indikator, asesmen, strategi, model, materi, dan lain sebagainya. Mulai dari 2006 silam aku pertama kali mengajar, aku selalu membuat RPP. Entah itu hanya dalam bentuk mindmapping atau matrikulasi, atau semacamnya. Semoga ukiran yang masih carut-marut ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya Al Fitrah. Percayalah, tidak ada yang sempurna di dunia ini, baik aku, kamu, kita dan semuanya. Hanya Dia-lah Sang Maha Sempurna. Tetapi kita mampu mendekati kesempurnaan itu melalui kidung cintaNya, melalui nur-Nya, dalam sanubari terdalam, hati kecil kita. Karena ia tak mampu berbohong pada diri kita, pemilik hati itu.

Meminta maaf bukanlah sebuah kesalahan
Mengakui kesalahan bukanlah sebuah hal yang rendah
Tetapi, kejujuran dan kesamaan antara hati dan lisan itu sangatlah istimewa
Dan Allah suka itu, percayalah....
Ia akan menuntun kita pada Jalan Cahaya, Jalan CintaNya, Jalan IlmuNya, Jalan RidhoNya.... Aamiin

Beruntunglah kalian yang masih dalam usia belia sudah mampu menghadapi berbagai karakter dengan cara yang bijak, serta belajar bertanggung jawab hingga tuntas. Nikmatilah dan berproseslah untuk terus menjadi lebih baik, itu akan membentuk jiwamu dengan baik dan bijak pula.

Mohon maaf dan terima kasih banyak kepada Al Fitrah atas segala pembelajaran yang diberikan.... Semoga Al Fitrah menjadi lebih baik dan berkah sesuai jalanNya.... Aamiin.




Belajar Menghafal dan Bekerja Sama untuk menajamkan ingatan dan sigap dalam bertindak

Belajar Writing di alam terbuka agar tercipta proses kreatif

Belajar Diskusi dengan hati tetap tenang dan berpikir kreatif di cafe terbuka

Belajar percaya diri berbicara bahasa Inggris di alam terbuka dengan nyaman

Belajar Speaking dengan metode Spech dan Drama

Belajar dengan alam agar pembelajaran maksimal

Belajar menjadi pendengar yang baik

Belajar Speaking juga Pronunciation melalui metode Lagu

Belajar Speaking sekaligus Pronunciation agar cepat menguasainya

Belajar Speaking melalui metode Drama Sales

Tidak ada komentar:

Posting Komentar