Senin, 09 Juli 2012

Izin Pulang


Senin, 09 Juli 2012. Tengah hari berada di kantor salah satu Uni Pelaksana Teknis (UPT) kampus UM bersama Ibu. Hening dan bising. Lhoh kok? Ya, hening karena memang kami sedang serius dengan tugas kami masing-masing. Bising karena kantor ini berada di tepi jalan yang sepi, (bising >< sepi ‘?’), namun karena bertepatan dengan daftar ulangnya calon mahasiswa UM jalur SNMPTN Ujian Tertulis, kata ‘sepi’ telah terkubur. Hilir mudik sepeda motor, mobil, dan langkah kaki-kaki baru mewarnai jalanan aspal yang hitam pekat itu.


Minggu ini saya kembali diminta pulang untuk menghadiri salah satu undangan khataman dari warga. Selain itu, saya harus mengurusi surat kepindahan penduduk karena pihak kelurahan sedikit mempersulit. Selain itu, buku cataatan novel milik teman harus dikembalikan. Baiklah, kepulangan saya kali ini ada beberapah hal yang penting dan harus segera diselesaikan.

Sebelum waktu menunjukkan angka 9, tepatnya jam 7.04 WIB, saya sudah berada di ruang jurusan Sastra Indonesia, dan ternyata ada Pak Syahri, yang istrinya adalah salah satu tenaga pengajar di PonPes Tambakberas Bahrul Ulum, asli Jombang. Banyak pelajaran dari diskusi bersama beliau yang hampir 2 jam tidak terasa sama sekali. Baik dari sisi akademis dalam dunia pendidikan (khususnya kampus), persiapan sidang ujian skripsi nanti, pandangan santri dan dunia modern, dan berbagai hal lainnya. 

Untuk memenuhi persyaratan kepindahan penduduk, saya mendatangi gedung A3 bagian surat menyurat pagi tadi jam 9 tepat. Surat Keterangan Mahasiswa. Lupa, ternyata saya belum membuat fotokopi KTM terlebih dahulu. Akhirnya, saya kembali lagi untuk membawa fotokopi tersebut sementara tempat untuk fotokopi dan gedung A3 lumayan jauh. “Hasilnya Insyallah besok siang ya Mbak,” terang Ibu berkerudung pink itu.
HamdanlilLah, langkah satu sudah selesai. Tugas selanjutnya adalah menyelesaikan artikel skripsi. Susah juga meringkas skripsi dari 75 halaman menjadi 11 halaman. Hemm, dua hari belum selesai juga. Belum sempat saya buka file artikel, adik Iqlima bersama Ibu telah menunggu di kantor UPT. Segera saya menebar senyum kepada seluruh pegawai yang ada. “Mbak, kemarin habis ketemu Ibu ya, seger banget hari ini,” goda salah satu pegawai. “Wah, iya Pak. Saya senang dan damai kalo sudah ketemu Ibu dan beliau tidak duko,” lanjut saya. “Padahal hanya via telpon kok, Pak, hehehe” kata saya dalam hati. Sejatinya mungkin karena hari ini adalah senin, hari pertama di setiap minggunya, sehingga saya mempersiapkan lahir batin dengan maksimal. Baik dari style pakaian, riasan, maupun mental. 

Kantor UPT saya buka, selanjutnya sedikit membantu adik Iqlima yang kebetulan dia lulus Ujian Tertulis SNMPTN di UM pada Fakultas Psikologi. Usai sudah menyiapkan pendaftaran ulang untuk hari ini, saya diminta membantu mengoreksi skripsi mahasiswa bimbingan Ibu.Skripsi mahasiswa yang satu ini ternyata banyak sekali kesalahan pada pengetikan maupun susunan kalimatnya. Semoga bimbingan selanjutnya tidak ada lagi kesalahan dan kekeliruan itu. Tidak terasa Ibu dan saya cerita ini itu dan waktu sudah hampir jam satu. Segera kami bergantian shalat. Selain itu, saya pun meminta izin untuk pulang demi mengurusi kepindahan dan lainnya.

1 komentar:

  1. narasi yang runtut dan enak dibaca. memang selalu asyik setiap ketemu dengan orang2 terdekat, pak.

    BalasHapus