Jumat, 16
Desember 2011. Hari yang penuh berkah dan segala kenikmatanNya yang terus
mengalir seperti air yang tidak akan pernah kering karena termakan oleh musim
kemarau. Namun ada sedikit berbeda dengan yang aku alami hari itu. Tergolek
lemah di atas kasur lepek. Futhur kata Akhi Zain lebih tepatnya. Baik fisik
maupun psikis sedang didera dan diuji dengan hujan yang terus menerus turun
tiada ampun.
Seminggu sudah aku
berada dalam kebimbangan. Keadaan ini kerap terjadi akhir-akhir tahun ini. Di tengah
kondisi fisik yang terus menurun, aku dihadapkan pada kondisi ekonomi yang
terus merongrong jantung ini.
Saat dadaku
mulai terasa sesak, segera berlari mencari ruangan yang sepi dan jauh dari
keramaian untuk sekadar menenangkan detak jantung yang mulai tak beraturan. Puncak
dari lelah itu pun tiba, Kamis, 15
Desember kemarin. Panas dingin, batuk, flu, pusing, itu yang terlihat
secara kasat mata. Namun sejatinya sakit jiwa.
Tugas kuliah
yang harus diselesaikan menambah kepenatan akhir tahun ini. Habibi, laptopku
kini ngambek lagi. Beruntung mempunyai teman sebaik Fitri, yang selalu
memberikan motivasi dan lelucon yang membuat bibirku sedikit melengkung. Jangan
dibayangkan bagaimana kondisi tubuhku sekarang, ia tidak lagi seperti dulu.
Tepat pukul
06.30 WIB hari jumat, aku masih berada dalam gulungan selimut pink
kesayanganku. Antrian jarum menusuk-nusuk kepalaku tak kunjung usai. Namun
tetap harus aku paksakan. Kali ini ada bimbingan skripsi yang telah lama
kutinggalkan. Percuma aku bimbingan siang nanti tapi pagi tidak masuk kuliah.
“Telat 15 menit, ah tak masalah,” gumamku membatin hendak kuliah pagi. Terasa
berbeda kelas kali ini, berlangsung sangat lama bagiku. Setelah izin 3 kali
bolak-balik ke toilet, akhirnya sampai juga di ujung perkuliahan.
Usai kelas berakhir,
segera menuju ruang Dekan untuk bimbingan skripsi. Kebetulan dosen pembimbing
pertamaku Pak Dekan, yang katanya teman-teman cukup “sulit” dan “killer”. Namun
tetap saja, beliau adalah salah satu dosen favoritku yang sempat mengampu
matakuliah bahasa Arab di semester 5 lalu.
Terlihat seorang
bapak-bapak duduk di ruang tunggu ruangan Pak Dekan. Sapa basa-basi beliau asal
Ambon yang sedang menempuh S3 di UM dan hendak konsultasi mengenai disertasinya
ke Pak Dekan. Setelah menunggu 20 menit, yang ditunggu pun telah datang. Pak
Dekan memanggil kami satu per satu sesuai urutan antri. AlhamdulilLah… beliau
menyetujui yang aku sampaikan. Semangatku menyelesaikan skripsi kembali
memenuhi tiap denyut nadi.
Sesampainya di
kamar, tubuhku kembali drop. Panas dingin menyerang lagi. Kebetulan teman-teman
di rumah masih dengan aktivitasnya di luar. Aku gulungkan tubuhku kembali ke
dalam selimut pink kesayanganku setelah minum obat. Tidak terasa hampir 2 jam
aku tertidur, agak lumayan ringan hilang sedikit demi sedikit penat yang
bercokol di kepalaku. Tetapi, entah langkahku gontai. Sempoyongan. Pandangan
mataku kabur.
Adzan maghrib di
Masjid samping rumahku terdengar mendayu-dayu memilukan batinku. Lamat-lamat
aku kumpulkan tenaga untuk bangkit. Segera makan dan minum obat lagi. Mencoba
seperti keadaan biasanya. Membaca novel mungkin sedikit menyegarkan pikiranku.
Tidak juga, kepalaku semakin nyut-nyutan. Hidungku semakin memerah. Surat Al Kahfi & Al Isro yang terus bolak-balik aku putar. Senandung
shalawat badar dan shalawat nariyah membuatku sedikit lebih nyaman. Ingatanku
berlari jauh kembali ketika aku berada di Al Hikmah 2 saat khataman
berlangsung. Shalawat itu mengiringi langkahku menuju panggung khataman yang
disaksikan sekian ratus wali santri, termasuk orang tuaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar