Kamis, 29 Desember 2011

Catatan Kegiatan Bina Majalah


Kuliah tidak lepas dari kata makalah, proposal, karya tulis, penelitian, tugas menumpuk, dan lain sebagainya. Bertepatan dengan semester 7 pada program paket Jurnalistik ada matakuliah Keredaksian yang mana mempunyai kewajiban program Bina Majalah di salah satu sekolah secara berkelompok.

Waktu yang disediakan cukup lumayan longgar, kurang lebih 12 minggu. Saya bersama Holifatul Fitri, Anisatul Fauziyah, dan Zulmy Faqihuddin menjadi satu kelompok kecil. Secara tidak langsung mereka memilih saya menjadi ketua kelompok dengan berbagai pertimbangan. Mencoba dari satu sekolah ke sekolah yang lain meminta izin. Setelah giliran sekolah ke tiga, SMAN 9, akhirnya kami dapatkan izin tersebut. Segera kami atur kelengkapan administrasi perizinan baik dari kampus maupun dinas pendidikan kota.

Pertemuan pertama berkenalan dengan yang berkepentingan di Kesiswaan, Ibu Purwanti. Selanjutnya berinteraksi langsung dengan pembina Himpunan Pers Sekolah (HPS) Majalah MagMa, Ibu Aris, beserta para siswa HPS tersebut.

Sekolah pun sangat bersyukur dengan kehadiran kami yang kebetulan pembina HPS majalah baru berganti, serta berbagai kondisi lainnya. Dapat dikatakan simbiosis mutualisme antara kami dan pihak sekolah.
Pertemuan satu, dua, enam, dan tidak terasa hampir 2 bulan kami di sekolah. Selain kewajiban di sekolah, kami harus memenuhi kewajiban lain untuk KKL di Jakarta. Satu pertemuan di sekolah tak dapat kami penuhi.

Sejalan dengan waktu mengalir, pembagian tugas reportase sudah ditentukan. Namun di pertemuan ke enam ini belum ada hasil yang memuaskan. Berbagai alasan klise yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Pertemuan pertama sekitar 40 siswa hadir. Kedua 20 hadir, ketiga 15 bukan dari yang 20 di awal. Setiap pertemuan siswa silih berganti, tak ada yang konsisten. Pembina HPS pun kebingungan menghadapi kondisi siswanya. Yang menjadi ketuanya pun tidak kunjung datang. Saya pun agak bingung menghadapi mereka. Teman kelompok tidak ada yang peduli, kecuali Fitri yang terkadang memberi saran.

Saya hendak bersikap keras dan tegas, khawatir kurang tepat. Ibu Aris mengambil keputusan untuk merevisi susunan anggota dan kembali membuat komitmen dengan anggota HPS untuk terus maju walaupun hanya beberapa gelintir saja. Yang terpenting menghasilkan suatu karya.

Sejak itu, saya benar-benar tegas terhadap mereka. Namun tetap saja, entah karena mereka siswa yang berada di kota ataukah salah pergaulan, salah guru mendidik, atau lainnya. Prihatin yang teramat sangat, rasa tanggung jawab yang ada pada mereka teramat sangat kurang.

Majalah sekolah biasanya terbit per semester. Namun selama ini hanya pembina yang mengurusi dan mengerjakan majalah tersebut. Anak-anak terbiasa dengan sikap manja dari pembina sebelumnya. Tidak ada tugas ataupun motivasi untuk berkarya. Beberapa guru dan wali murid mengeluhkan karena majalah yang sudah cukup mahal namun isinya kurang berkualitas dan tidak nyaman di mata.

Hal ini membuat kami bersemangat untuk menghadirkan sesuatu yang baru dan lain dari majalah sebelumnya. Baik dari segi desain, layout, komposisi isi, maupun bentuk. Kebetulan saya mempunyai sedikit pengalaman mengenai hal-hal tersebut dan alhamdulillah banyak membantu.

Selain itu, kami mengadakan pelatihan layout bagi anggota HPS Majalah agar untuk ke depannya, mereka tidak lagi bergantung ke bagian percetakan untuk masalah desain yang terkadang berbagai alasan dari percetakan menghambat distribusi yang dijadwalkan tidak sesuai. Berita yang dihadirkan usang dan akhirnya gagal terbit. Seperti yang telah terjadi pada penerbitan majalah edisi semester gasal kemarin.

Kami mengagendakan kegiatan pelatihan diberikan setelah semua naskah terkumpul agar mereka tidak lagi ada beban begitu pula dengan kami. Namun pada kenyataannya lagi-lagi tetap saja berbagai alasan klise digunakan, naskah dan foto-foto tidak juga terkumpul.

Saya sudah mulai jenuh dengan kegiatan ini. Saya merasa bekerja dan berpikir sendirian. Suatu pekan saya tidak bisa ke sekolah karena kurang sehat. Teman-teman kebingungan apa yang harus mereka lakukan. Dengan berbagai alasan akhirnya saya pun ikut ke sekolah.

Kami putuskan untuk pelatihan meminta bantuan dari pihak luar. Kondisi saya pun saat itu tidak begitu fit. Sementara naskah skripsi saya mengalami trouble, tentu saja membuat saya sedikit berpikir lebih keras. Serta berbagai masalah pribadi menumpuk di pekan itu menambah kepenatan.

Pertemuan dengan pihak luar telah direncanakan. Namun ternyata orang yang hendak saya temui tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Jam karet, begitulah Indonesia, kata pada umumnya tapi tidak bagi saya kali ini. Menunggu hingga 2 jam, berkeliling mencari alamat rumahnya tidak kunjung sampai. Sulit dihubungi dan saya rasa kurang tepat bila ada janji di malam hari tetapi si perempuan yang diminta datang. Tetapi mungkin memang ada alasan lain yang tidak bisa dia tinggalkan saat itu.

Kondisi saya bertambah buruk. Berkeliling sampai nyasar teramat jauh dari Dinoyo hingga Singosari bersama Zulmy di tengah angin malam menelisik menyusup sumsum tulang. Pertemuan itu gagal. Saya pun sudah memutuskan untuk tidak menghubunginya lagi.

Namun teman-teman tidak siap jika mengadakan pelatihan sendiri. Mas Sandy, teman yang tidak lagi hendak saya hubungi terpaksa saya calling kembali. Pertemuan kedua. Ngaret lagi walau tidak sampai satu jam. Namun kali ini kedua teman saya yang ngaret lebih dari satu jam, Anis dan Zulmy. Jujur saya sudah muak dengan ini. Walau akhirnya kesepakatan didapatkan.

Waktu pelatihan tiba. Saya bersama Fitri datang terlebih dahulu ke sekolah dan sesuai jadwal. Tepat dengan dugaan saya. Kedua teman saya bersama Mas Sandy telat. Lebih dari 30 menit. Menjengkelkan. Dengan Mas Sandy memang salah saya, lupa memberi konfirmasi kembali akan kegiatan ini. Namun tetap saja, saya tidak habis pikir, kita berada di sekolah membawa almamater UM! Apa komentar sekolah pada kami, calon pendidik, generasi mendatang?!

Saat pelatihan berlangsung, lagi-lagi dia membuat saya geram. Tidak kah bisa membantu siswa saat mereka mengalami kesulitan. Meskipun benar adanya tidak bisa apa-apa, tapi berpura-puralah bisa saat ada di hadapan siswa atau mengerjakan sesuatu yang bermanfaat dari pada hanya terus mengeluh.

Saya mondar-mandir kesana kemari. Siswa ini memanggil, siswa itu memanggil pula. Fitri memang tidak bisa, tapi dia gunakan waktunya untuk segera mengedit naskah yang sudah ada. Zulmy tidak bisa tapi dia ikut belajar dan mencoba dekat dengan siswa. Anis? Oh nooooo.... My God, help me. Sabaaaaar!

Kelas pelatihan pun telah usai. Tiba giliran di pekan selanjutnya penutupan. Alhamdulillah berjalan lancar walau masih sangat terlihat ketidakseriusan dari anggota HPS Majalah. Tugas selanjutnya desain layout.
Saya pikir sekalian untuk pembelajaran menambah pengalaman teman-teman, desain kami kerjakan sendiri dan dibagi sesuai dengan jumlah kami. Bila ada kesulitan mereka bisa banyak bertanya ke saya atau teman-teman lain di luar yang lebih ahli di bidang desain.

Sekolah meminta majalah segera terbit. Banyak guru dan kepala sekolah sudah menanyakan perkembangan majalahnya. Sementara desain dari teman-teman belum juga terkumpul. Desain saya sudah finish, tinggal menunggu desain dari yang lain. Fitri akhirnya mengumpulkan, walaupun tetap masih harus saya edit.

Setelah menunggu dengan knmunikasi yang mengganjal di hati, desain pun mereka kumpulkan. Di tengah masa penantian yang tidak jelas itu, saya drop. Virus Tipes kembali menyerang dan harus menginap beberapa di rumah sakit. Leptop saya pun ngambek, mati tidak bisa digunakan lagi. Padahal belum sempat saya mengedit desain mereka. Dan ternyata mereka kerjakan di microsoft word, dan itu bisa diselesaikan 15 menit sudah sangat cukup. Bila tidak bisa correl, pagemaker yang telah diajarkan di kampus apakah terlalu sulit.

Shock saya melihat desainnya. Okelah mereka tidak bisa dengan program correl yang digunakan desian kali ini. Tetapi rasanya tidak kurang juga saya memberi contoh sekaligus rincian dari setiap tugas yang ada. Hanya tinggal mengganti teks dan foto sesuai yang saya contohkan serta mengedit teks agar enak dibaca seperti yang telah kami pelajari dari kuliah keredaksian selama ini.

Fitri banyak bertanya dan usahanya dari sana-sini yang awalnya sama sekali tidak bisa, namun dia berhasil. Mengapa mereka berdua tidak bisa? Kondisi saya drop kembali. Empat hari saya bermalam di rumah sakit. Bersyukur Fitri sukarela membuat desain ulang, dan ternyata naskahnya pun tidak di edit membuat pekerjaan Fitri bertambah lebih banyak lagi.

Alhamdulillah hari Rabu, 21 Desember 2011, kondisi saya agak membaik. Godbye RUMAH SAKIT. Sementara Fitri segera kirimkan hasil desainnya yang kedua. Saya kerjakan finishing hingga ke percetakan menjadi sebuah majalah, walaupun sebenarnya tentu masih banyak kekurangan. Setelah menemui guru pembina HPS majalah, Ibu Aris, benar adanya majalah yang telah diicetak masih banyak kekurangan dan perlu perbaikan.

Saatnya buat laporan dari kegitan ini. Tugas kembali saya bagi menjadi empat, dua pekan yang lalu. Mendeskripsikan setiap pertemuan yang telah dilalui. Rabu, 21 Desember 2011, saya ingatkan kembali ke teman-teman untuk segera mengumpulkan karena kamis harus sudah diserahkan. No respon. Gagal.


Malam 22 Desember 2011 ada pemberitahuan baru ujian diundur menjadi Kamis depan, tanggal 29 Desember 2011. Sampai pukul 08.25 WIB hari Kamis tanggal 29 Desember 2011 tadi pagi, belum ada konfirmasi sama sekali dari Anis dan Zulmy. Sementara laporan harus sudah selesai. Kesibukan sama-sama sedang menghadapi PPL, Skripsi, persoalan pribadi masing-masing. Tetapi dengan yang namanya kelompok, tugas dan tanggung jawab diselesaikan bersama.. Saya dan Fitri sudah  mengkhawatirkan kemungkinan terburuk mereka tidak mengerjakan. Kami buat laporan sendiri tanpa ide dan gagasan mereka dan ternyata memang benar. Nothing.

Untuk kegiatan atau adek kelas mendatang bila ada kegiatan semacam ini, saya sarankan ke dosen bila membaca tulisan saya, cukuplah kelompok hanya 2 orang saja. Kerja maksimal.

Satu yang saya sesalkan dalam kegiatan ini, mengapa presensi saja dipermasalahkan. Memang pada kenyataannya tidak masuk, thoh masuk pun apa kontribusi yang diberikan. Mengapa saya terus yang harus banyak bicara dan berpikir untuk lancarnya kegiatan ini.

Maafkan saya teman, mungkin selama ini saya terlalu mendominasi kegiatan. Ataukah saya kurang memberikan peluang untuk bisa berkarya kepada semuanya. Ataukah saya yang terlalu menuntut kesempurnaan. Ataukah saya gagal menjadi pempimpin. Tidak ada yang saya inginkan dari teman-teman, kecuali untuk kebaikan kita bersama dan nama UM yang sedang ada dipundak kita. Luv U so much....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar