Minggu, 26 Maret 2017

Saat Rembulan kian Meninggi dan Bercahaya

Ahad, 26 Maret 2017

Hai kawan, hidup memang demikian. Selalu saja rumput tetangga terlihat lebih hijau dari pada rumput di halaman sendiri. Sejatinya apa yang kau miliki kali ini, adalah yang ingin mereka miliki pula. Yeah...

Aku melihat hidup orang lain begitu nikmat, ternyata mereka hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah.

Aku melihat hidup temanku tak ada duka dan kepedihan, ternyata mereka hanya pandai menutupi dengan mensyukuri.

Aku melihat hidup sahabatku begitu sempurna, ternyata mereka hanya berbahagia menjadi apa adanya.

Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian, ternyata mereka begitu menikmati ujian dalam kehidupannya.

Bukankah begitu adanya, kawan?

Mari kita saling memandang, sudah terhitung berapa kali kita saling mengisi tawa dan canda, sudah kali ke berapa pula kita saling dengar keluh dan beda pendapat.

Mari kita saling merapatkan detak nadi untuk tahu seberapa sering tangan kita saling mengusap lembut kepala kita, dan bahu yang bersedia menjadi sandaran untuk diam-diam ketika air mata menetes.

Saat malam kian beranjak menuju tengah-tengah. Sedang di luar dingin. Namun, aku bersama kalian di satu ruang dan waktu yang berdetik sama. Terasa hangat.

Baiknya kita saling merapatkan jarak, agar degup detak kian menghentak. Baiknya kita ucap syukur lagi, seringkali harusnya. Dengan masing-masing peran yang kita dapatkan di sini, di dunia fana. Kamu, aku, dia, dan kalian.

Namun, cukup kau ketahui bukankah detik berlalu secepat kita mengerjap mata dan menghela nafas?

Terima sembah kasihku untuk semua kebaikan yang seringkali kudapatkan cuma-cuma. Bermimpilah indah dengan cita dan cintamu dalam lelapnya malam yang kian lekat memeluk hangat. Sedang aku merasa aduhai mengenang kesyahduan malam-malam yang telah diri ini lalui, hati ini rasai, bersama kalian. Hamdanlillah. Ini lagi-lagi indah, untuk ke sekian kali ini tetap indah.

Aku perkenalkan diri dengan panggilan Alda, salah satu panggilan namaku. Ya, salah satu karena teman-teman mengenalku dengan nama yang berbeda-beda. Tentu saja dengan berbagai alasan. Aku, Siti Robiah Al Adawiyah atau Nanda Cinta Aulia dengan panggilan Robi, Robiah, Alda, Ah, Biah, Nanda, Cinta, Lia, dan Oby. Berbagai cerita unik mengitarinya. Ketika namaku Robi atau Oby dan berkenalan melalui chatting, mereka mengiraku laki-laki. Ketika namaku Robiah, mereka sematkan dengan tokoh sufi terkenal dari Timur Tengah yang disemayamkan di Thoif, sang Dewi Robiah Al Adawiyah, ahhh... besar harap dan doaku semoga aku dapat mengikuti jejak beliau. Ketika namaku Ah, mereka terdengar nyaman dan dekat. Saat mereka memanggiku Biah, mengingatkan pada masa kecil yang lucu, polos, dan cinta monyet yang membuat iri bagi pendengarnya. Lagi, ketika mereka memanggilku Nanda, aku santri yang tak pernah nyantri, yang fakir akan ilmu, yang selalu mengharap ridho para guru-guru yang selalu kuta’dhimi. Lia, mereka memanggilku demikian, teman-teman dari berbagai komunitas, pun sebagian siswa dan guru di tempat pertama kali aku mengajar tahun 2006 silam. Ahh... tapi apalah arti sebuah nama jika diri tak mampu membawa diri pada setiap yang Ia suguhkan dan sematkan dengan nama itu.

Penghujung tahun 2016 dan awal 2017 kali ini sangat berbeda, masa yang dipenuhi dengan berbagai warna bak munculnya pelangi usai hujan deras. Mengenal semangat yang tak kunjung sirna, melihat kedewasaan tanpa harus matang usia, mengingatkan berbagi dalam keceriaan dan kedukaan, menyaksikan kesegaran dan kejernihan alam untuk selalu lisankan syukur. Tak kalah banyak cinta yang kutemukan di sini, di Pare. Bulan pertama di sana mengajarkanku beragam cita dan rasa.

Miss Leny, begitu aku menyapanya. Ia yang memiliki suara kecil namun lantang. Kabarnya memiliki saudari kembar, dan aku penasaran hingga kini. Ia yang tak kenal lelah untuk terus berjuang menjadi lebih baik dan terbaik. Leader di Girl Camp Al Fitrah, saat itu. Ia yang memberikan gambaran umum sejatinya Pare tak sejauh bintang yang tak mungkin kau gapai bila kau memiliki mimpi, maka raihlah, berusahalah, dan wujudkan itu. Miss Almu, walau sangat singkat pertemuan kami, ia memberikan inspirasi untuk semangatnya meraih mimpi. Semoga cita-cita melanjutkan pendidikan dapat dicapai di universitas yang diinginkan dan diridhoi Sang Maha Pemberi.

Miss Winda, walau usianya masih cukup muda, ia memiliki pemikiran yang cukup matang. Ada bakat kepemimpinan dalam dirinya. Ia mampu menyelami hati teman-temannya. Namun kadang ia suka kelebihan dalam hal melepas rasa, rasa bahagia yang disimbolkan dalam tawa. Terkadang begitu lepas dan mampu menyihir siapapun yang didekatnya kala itu bila ia keluarkan tawanya. Ia yang selalu berbagi cerita tentang apapun, dan tak kunjung usai bila waktu memang harus memisahkan kami. Miss Cintya, suaranya yang lembut, yang suka bersih-bersih, yang Englishnya sampai terbawa mimpi saat mengigau. Maafkan aku, saat itu.

Miss Winda, Miss Cintya, dan aku dalam satu kamar yang sama. Miss Cintya telihat lelah, kusut, namun tetap bersemangat usai perjalanan liburannya di Malang. Ia pulang malam hari dan hanya beberapa menit bertegur sapa, ia terlelap. Aku melihatnya mengigau, dan langsung kulanjutkan dengan beberapa pertanyaan menggunakan bahasa Inggris. Kami kaget, Miss Winda pun aku, ketika Miss Cintya menjawab dalam alam bawah sadarnya menggunakan bahasa Inggris pula. Belum lima pertanyaan kuajukan, Miss Winda, seperti biasa, tertawa dengan gaya khasnya dan itu mengagetkan Miss Cintya hingga terbangun. Momen yang tidak mudah dilupakan. Mohon maafkan teman sekamarmu yang jail ini ya Miss Cintya, hehehe.

Selanjutnya ada Miss Ina, yang murah senyum dan menggemaskan. Miss Rhia, yang kadang bicaranya tegas dan cepat. Miss Ummu, yang suaranya lantang dan tegas. Ia memiliki bola mata yang cantik dan bundar bak rembulan yang bila kau belum mengenalnya mungkin beringsut, hehe. Peace yeah Miss Ummu, hehe. Tetapi nyatanya, ia begitu penyayang. Dilanjutkan ada Miss Nurul, yang tertawanya renyah, suka jalan-jalan dan telpon seseorang di saat rembulan kian meninggi, hihihi. Miss Aisya, yang suaranya syahdu kala ia melantunkan ayat-ayat nan indah milikNya. Miss Astuti, yang suka masak makanan khas Makassar. Miss Vira, yang mirip adekku dari Jakarta, Syaima. Miss Lala, yang begitu gurih dan renyah bila ia sudah mulai bercerita tentang suatu hal. Miss Astut, yang suaranya bening, parasnya cantik memiliki bibir nan tipis lagi seksi. Ia yang rendah hati pun sabar, juga semangat belajarnya yang tak pernah purna. Miss Kiki, yang punya kelopak mata mirip Chines, yang miliki kulit putih dambaan wanita ASIA, yang tidak segan-segan minta tolong tentang apapun kalau ia butuh sesuatu. Miss Aya, yang memiliki tinggi lebih dari 160 cm, yang suka minta diantar kalau ia pergi ke kamar mandi. Miss Rifqah, yang punya pipi begitu menggemaskan, chubby, pun mata yang indah dengan senyum yang menawan, yang selalu saja berdebat dengan Miss Winda perihal pilihan lelaki yang membuat hati keduanya kembang kempis. Siapakah gerangan lelaki ini?

Miss Aufa, yang murah senyum, yang memiliki semangat belajar tinggi meski mengikuti program kursus, ia tetap stay up untuk membantu dosen dan mahasiswanya. Ia pula yang memiliki gaya khas Aufa saat selfie ataupun berfoto bersama. Miss Feby, yang grammarnya selalu ia pakai, yang tidak suka difoto tapi sebaliknya, ia suka diam-diam mengambil foto seseorang (baca: candid). Miss Echa, yang semangatnya tak pernah pupus pun bijak dan memiliki wajah seperti ibuku di kampus.

Kurapatkan jemari untuk kalian yang telah mengisi detik demi detik kehadiranku dengan suka cita, saat kami menangis bersama. Saat kami harus pindah camp hingga ketiga kalinya. Saat ibu kos yang selalu memberikan saran ini dan itu. Saat kami tertawa bersama. Saat pertemuan pertama berjalan-jalan berkeliling Pare dengan Odong-odong yang hanya kutemukan di sini, di Pare. Saat memasak bersama untuk merayakan pergantian malam tahun baru. Saat malam demi malam yang kami habiskan dengan belajar pun berbagi kisah tentang banyak hal.

Di sisi lain ada teman-teman dari Makassar, yang tidak mungkin aku sebutkan satu per satu. Mereka cukup banyak, dan kami berada di camp yang berbeda. Sayangnya aku memiliki kekurangan, sulit mengingat nama seseorang. Namun waktu berjalan hingga minggu keempat, dan waktu mengingatkan mereka untuk kembali ke daerah asal mereka, Makassar. Mom Amna, yang begitu sayang pada putri semata wayangnya hingga beliau pun mengikuti program kursus bersama putri tercintanya. Miss Puji, leader dari siswa-siswi Makassar yang selalu bikin anak-anak didiknya happy.

Kami di bulan pertama, kelas Beginner, memiliki jadwal untuk mempelajari Speaking Basic, dengan Sn. Uki yang berlangsung hanya 1 pekan, yang suka bermain gitar, yang memiliki senyum termanis, yang berasal dari Sunda, kesabaran terlihat dari matanya yang teduh; dilanjutkan 3 pekan ke depan dengan Sn. Nash, yang suka musik rock dan semangat yang tak kunjung jemu meski kami bersama siswa-siswi Makassar selalu membuatnya bosan. Pronunciation Basic bersama Sn. Asep, kakak dari Sn. Uki, yang mampu mengucapkan makharijul huruf hijaiyah dengan benar dan suka membuat kami tertawa, yang suka bertanya pada Lia, siswi kelas 7 Makassar, untuk segera mandi. Grammar for Speaking bersama Sn. Rio dari Riau yang selalu memberikan aura semangat dan bahagia. Dia, tutor favorit kami, yang mampu berbaur dengan mudah bersama kami yang beragam usia dan latar belakang, yang memiliki tatapan tajam namun penuh kasih. Selanjutnya kelas hafalan Conversation Real English bersama Sn. Mark, yang juga mengajarkan pronunciation, yang suka nyuruh kita jadi gila sementara di Pare, yang bijak dan suka bikin video. Terakhir, Kelas One Big Family seperti namanya kelas ini seringkali dicampur dengan level intermediate juga master. Banyak dari kelas master mencoba mengondisikan kelas ini. Berbagai permainan kami nikmati. Bulan pertama ini adalah bulan belajar sambil bermain. Ya, karena bertepatan dengan waktunya program holiday bagi anak-anak sekolah.

Naik Odong-odong keliling Pare

Memorise Pagi Hari bersama Sn. Mark

Kelas Beginner bersama Sn. Rio dan Sn. Indra di Studio Foto Favorite

Bersama Mom Amna dan Aufa usai kelas OBF di lapangan Kampung Inggris

Mengantar Miss Almu pulang ke daerahnya

Kelas Grammar bersama Sn. Rio di Lapangan Kampung Inggris

Kelas Beginner di Akhir Pekan

Bersama sebagian Kelas Beginner usai Kelas Grammar bersama Sn. Rio

Kelas OBF di Lapangan Kampung Inggris

Kelas Beginner bersama Sn. Asep di Lapangan Kampung Inggris

Sebagian Kelas Beginner bersama Siswi-siswi SMP Makassar
Bersama Kelas Master di Akhir Pekan (lihat: Aufa Style :D )
Lokasi: Happy Noodle

Bersama Mom Amna, Miss Leny, Miss Winda, Miss Echa, Miss Feby,
 dan Siswi-siswi SMP Makassar di Akhir Pekan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar