Proses kerja penataan cahaya dalam pementasan drama
membutuhkan waktu yang lama. Seorang penata cahaya tidak hanya bekerja sehari
atau dua hari menjelang pementasan. Kejelian sangat diperlukan, karena fungsi
tata cahaya tidak hanya sekedar menerangi panggung pertunjukan. Kehadiran tata
cahaya sangat membantu dramatika lakon yang dipentaskan. Tidak jarang sebuah
pertunjukan tampak sepektakuler karena kerja tata cahayanya yang hebat. Untuk
hasil yang terbaik, penata cahaya perlu mengikuti prosedur kerja mulai dari
menerima naskah sampai pementasan.
Mempelajari Naskah
Naskah lakon adalah bahan dasar ekspresi artistik
pementasan drama. Semua kreativitas yang dihasilkan mengacu pada lakon yang
dipilih. Tidak hanya sutradara dan aktor yang perlu mempelajari naskah lakon.
Penata cahaya pun perlu mempelajari naskah lakon. Berbeda dengan aktor yang
berkutat pada karakter tokoh peran, penata cahaya mempelajari lakon untuk
menangkap maksud lakon serta mempelajari detil latar waktu, dan tempat kejadian
peristiwa.
Mempelajari tempat kejadian peristiwa akan memberikan
gambaran pada penata cahaya tempat cerita berlangsung, suasana dan piranti yang
digunakan. Mungkin ada piranti yang menghasilkan cahaya seperti obor, lilin,
lampu belajar, dan lain sebagainya yang digunakan dalam cerita tersebut. Ini
semua menjadi catatan penata cahaya. Setiap sumber cahaya menghasilkan warna
dan efek cahaya yang berbeda yang pada akhirnya akan memberikan gambaran
suasana.
Tempat berlangsungnya cerita juga memberikan gambaran
cahaya. Peristiwa yang terjadi di dalam ruang memiliki pencahaayaan yang
berbeda dengan di luar ruang. Jika dihubungkan dengan waktu kejadian maka
gambaran detil cahaya secara keseluruhan akan didapatkan. Jika perstiwa terjadi
di luar ruang pada siang hari berbeda dengan sore hari. Persitiwa yang terjadi
di luar ruang memerlukan pencahayaan yang bebeda antara di sebuah taman kota
dan di teras sebuah rumah. Semua hal yang berkaitan dengan ruang dan waktu
harus menjadi catatan penata cahaya.
Diskusi dengan Sutradara
Penata cahaya perlu meluangkan waktu khusus untuk
berdiskusi dengan sutradara. Setelah mempelajari naskah dan mendapatkan
gambaran keseluruhan kejadian peristiwa lakon, penata cahaya perlu mengetahui
interpretasi dan keinginan sutradara mengenai lakon yang hendak dimainkan
tersebut. Mungkin sutradara mengehendaki penonjolan pada adegan tertentu atau
bahkan menghendaki efek khusus dalam persitiwa tertentu. Catatan penata cahaya
yang didapatkan setelah mempelajari naskah digabungkan dengan catatan dari
sutradara sehingga gambaran keseluruhan pencahayaan yang diperlukan didapatkan.
Mempelajari Desain Tata Busana
Berdiskusi dengan penata busana lebih khusus adalah
untuk menyesuaikan warna dan bahan yang digunakan dalam tata busana. Seperti
yang telah disebut di atas, bahan-bahan tertentu dapat menghasilkan refleksi
tertentu serta warna tertentu dapat memantulkan warna cahaya atau menyerapnya.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak dinginkan maka kerjasama antara penata
cahaya dan penata busana perlu dijalin.
Hal ini juga berkaitan juga dengan catatan sutradara.
Misalnya, dalam satu peristiwa sutradara menghendaki cahaya berwarna kehijauan
untuk menyimbolkan sebuah mimpi, penata busana juga membuat baju berwarna hijau
untuk menegaskan suasana tersebut. Penata cahaya bisa memberikan saran
penggunaan warna hijau pada busana karena warna hijau cahaya jika mengenai
warna hijau tertentu pada busana bisa saling meniadakan. Artinya, warna hijau
yang ingin ditampilkan justru hilang. Untuk itu, diskusi dan saling mempelajari
desain perlu dilakukan.
Mempelajari Desain Tata Panggung
Diskusi dengan penata panggung sangat diperlukan
karena tugas tata cahaya selain menyinari aktor dan area juga menyediakan
cahaya khusus untuk set dan properti yang ada di panggung. Selain bahan dan
warna, penataan dekor di atas pentas penting untuk dipelajari. Jika desain tata
panggung memperlihatkan sebuah konstruksi maka tata cahaya harus membantu
memberikan dimensi pada konstruksi tersebut. Jika desain tata panggung
menampilkan bangunan arsitektural gaya tertentu maka tata cahaya harus mampu
membantu menampilkan keistemewaan gaya arstitektur yang ditampilkan.
Penyinaran pada set dekor tidak hanya berlaku untuk
set dekor saja tetapi juga berlaku untuk lingkungan sekitarnya. Misalnya, di
atas panggung menampakkan sebuah ruang yang di bagian belakangnya ada jendela.
Ketika jendela itu dibuka dan lampu ruangan tersebut dinyalakan maka pendar
cahaya dalam ruangan harus sampai ke luar ruangan melalui jendela tersebut.
Tugas tata cahaya adalah menyajikan efek sinar lampu ruangan yang menerobos ke
luar ruangan. Intinya, setiap detil efek cahaya yang dihasilkan berkaitan
dengan tata panggung harus diperhitungkan. Semua harus nampak logis bagi mata penonton.
Memeriksa Panggung dan Perlengkapan
Memeriksa panggung dan perlengkapan adalah tugas
berikutnya bagi penata cahaya. Dengan mempelajari ukuran panggung maka akan
diketahui luas area yang perlu disinari. Penempatan baris bar lampu menentukan sudut
pengambilan cahaya yang akan ditetapkan. Ketersediaan lampu yang ada dipanggung
juga menentukan peletakkan lampu berdasar kepentingan penyinaran berkaitan
dengan karakter dan kemampuan teknis lampu tersebut. Semua kelengkapan
pernak-pernik yang ada di panggung harus diperiksa.
Ketersediaan peralatan seperti, tangga, tali,
pengerek, rantai pengaman lampu, sabuk pengaman, sekrup, obeng, gunting, dan
perlatan kecil lainnya harus diperiksa. Ketersediaan lampu baik jumlah, jenis,
dan kekuatan dayanya harus dicatat. Asesoris yang dibutuhkan untuk lampu
seperti; filter warna, kelem, pengait, barndoor, stand, iris, gobo, dan
asesoris lain yang ada juga harus diperiksa. Ketersediaan dimmer dan kontrol
serta kelistrikan yang menjadi sumber daya utama juga harus diteliti.
Semua yang ada di panggung yang berkaitan dengan kerja
tata cahaya dicatat. Berikutnya adalah kalkulasi keperluan tata cahaya berdasar
capaian artistik yang dinginkan dan dibandingkan dengan ketersediaan
perlengkapan yang ada. Dengan mempelajari panggung dan segala perlengkapan yang
disediakan penata cahaya akan menemukan kekurangan atau problem yang perlu
diatasi. Misalnya, penataan boom pada panggung kurang sesuai dengan sudut
pengambilan lampu samping untuk menyinari set dekor. Oleh karena itu diperlukan
stand tambahan. Lampu yang tersedia masih kurang mencukupi untuk menerangi
beberapa bagian arsitektur tata panggung, untuk itu diperlukan lampu tambahan.
Semua problem yang ditemui dan solusi yang bisa
dilakukan kemudian dicatat dan diajukan ke sutradara atau tim produksi. Jika
tim produksi tidak bisa menyediakan kelengkapan yang diperlukan maka penata
cahaya harus mengoptimalkan ketersediaan perlengkapan tata cahaya yang ada.
Misalnya, dengan menerapkan prinsip penerangan area dan memanfaat beberapa
lampu sisa yang ada untuk efek tertentu.
Menghadiri Latihan
Untuk mendapatkan gambaran lengkap dari situasi
masingmasing adegan yang diinginkan penata cahaya wajib mendatangi sesi latihan
aktor. Selain untuk memahami suasana adegan, penata cahaya juga mencatat
hal-hal khusus yang menjadi fokus adegan. Hal ini sangat penting bagi penata
cahaya untuk merencanakan perpindahan cahaya dari adegan satu ke adegan lain.
Perpindahan cahaya yang halus membuat penonton tidak sadar digiring ke suasana
yang berbeda. Hasilnya, efek dramatis yang akan ditampilkan oleh cerita jadi
semakin mengena. Sesi latihan dengan aktor akan memberikan gambaran detil
setiap pergerakan aktor di atas pentas. Setelah mencatat hal-hal yang berkaitan
dengan suasana adegan maka proses pergerakan dan posisi aktor di atas pentas
perlu diperhatikan. Penyinaran berdasar area memang memberi penerangan pada
seluruh area permainan tetapi tidak pada aktor secara khsusus. Dalam satu
adegan tertentu mungkin saja aktor berada di luar jangkauan optimal lingkaran
sinar cahaya. Oleh karena itu, aktor yang berdiri atau berpose pada area
tertentu memerlukan pencahayaan tersendiri. Hal ini berlaku juga untuk tata
panggung pada saat latihan teknik dijalankan. Penata cahaya perlu mendapatkan
gambaran riil letak set dekor dan seluruh perabot di atas pentas. Dengan
demikian, detil pencahayaan pada set dan perabot bisa dirancang dan
diperhitungkan dengan baik.
Membuat Konsep
Setelah mendapatkan keseluruhan gambaran dan pemahaman
penata cahaya mulai membuat konsep pencahayaan. Konsep ini hanya berupa
gambaran dasar penata cahaya terhadap lakon dan pencahayaan yang akan
diterapkan untuk mendukung lakon tersebut. Warna, intensitas, dan makna cahaya
dituangkan oleh penata cahaya pada konsepnya. Tidak hanya penggambaran suasana
yang dituangkan tetapi bisa saja simbol-simbol tertentu yang hendak disampaikan
untuk mendukung makna adegan. Misalnya, dalam satu adegan di ruang tamu ada
foto besar seorang pejuang yang dipasang di dinding. Untuk memberi kesan bahwa
pemiliki rumah sangat mengagumi tokoh tersebut maka foto diberi pencahayaan
khusus. Juga dalam setiap perubahan dan perjalanan adegan konsep pencahayaan
digambarkan. Konsep bisa ditulis atau ditambahi dengan gambar rencana dasar.
Intinya, komsep ini membicarakan gagasan pencahayaan lakon yang akan dimainkan
menurut penata cahaya. Selanjutnya konsep didiskusikan dengan sutradara untuk
mendapatkan kesesuaian dengan rencana artistik secara keseluruhan.
Plot Tata Cahaya
Konsep yang sudah jadi dan disepakati selanjutnya
dijabarkan secara teknis pertama kali dalam bentuk plot tata cahaya. Plot ini
akan memberikan gambaran laku tata cahaya mulai dari awal sampai akhir
pertunjukan. Seperti halnya sebuah sinopsis cerita, perjalanan tata cahaya
ditgambarkan dengan jelas termasuk efek cahaya yang akan ditampilkan dalam
adegan demi adegan. Plot ini juga merupakan cue atau penanda hidup matinya
cahaya pada area tertentu dalam adegan tertentu. Dengan membuat plot maka
penata cahaya bisa memperhitungkan jenis lampu serta warna cahaya yang
dibutuhkan, memperkirakan lamanya waktu penyinaran area atau aksi tertentu,
merencanakan pemindahan aliran cahaya, dan suasana yang dikehendaki.
Gambar Desain Tata Cahaya
Untuk memberikan gambaran teknis yang lebih jelas,
perlu digambarkan tata letak lampu. Berdasar pada plot tata cahaya yang dibuat
maka rencana penataan lampu bisa digambarkan. Semua jenis dan ukuran lampu yang
akan digunakan digambarkan tata letaknya. Sebelum menggambarkan tata letak
lampu perlu diketahui dulu simbolsimbol lampu. Simbol gambar lampu mengelami
perkembangan. Hal ini berkaitan dengan jenis lampu yang tersedia dan umum
digunakan. Gambar di bawah memperlihatkan simbol-simbol lampu yang biasa
digunakan.
Banyak sekali jenis dan ukuran lampu yang dikeluarkan
oleh pabrikan. Masing-masing perusahan memiliki gambar simbol yang berbeda
menyangkut bentuk luar lampu produksinya. Dulu, perusahaan Strand mengeluarkan
lampu yang diproduksi dan diberi kode “pattern” disingkat “patt” dan nomor
serinya. Jadi ada lampu dengan kode patt 23, patt 247, patt 123, dan lain
sebagainya. Untuk mengethui jenis dan ukuran lampu harus mengingat patt dan
nomornya. Cukup menyulitkan. Selain itu, lampu pada zaman ini memiliki bentuk
yang berbeda dengan lampu sekarang sehingga ketika digambarkan simbolnya
berbeda. Sekarang, meskipun bentuk lampu berbeda tetapi gambar simbolnya lebih
mudah untuk diingat karena masing-masing jenis lampu memiliki kemiripan gambar.
Penulisannyapun tidak lagi menggunakan “patt” tetapi langsung ke jenis lampu
beserta besaran wattnya, misalnya fresnel 500 watt, ERS 1 KW, dan lain
sebagainya. Gambar simbol lampu dalam gambar 70 sudah bisa digunakan dan
dipahami oleh para penata lampu.
Selanjutnya, gambar tata lampu dibuat dengan
menggunakan simbol lampu seperti tersebut di atas. Gambar pada tahap ini belum
bisa menyertakan channel dimmer yang akan digunakan oleh masing-masing lampu.
Gambar tata lampu lebih menitikberatkan pada peletakkan dan pengarahan jenis
lampu yang akan dipasang. Meskipun belum menyertakan channel dimmer, gambar
desain tata letak lampu yang dibuat bisa dijadikan panduan pencahayaan. Dari
gambar di atas dapat dibaca, baris bar yang digunakan adalah FOH, Bar 1, 2, 3,
dan bar siklorama. FOH singkatan dari Front Of House adalah istilah untuk menyebut
baris lampu yang ditata di atas penonton. Cyc singkatan dari cyclorama
(siklorama) baris lampu paling belakang untuk menyinari layar. Nomor pada lampu
hanya berfungsi untuk menghitung jumlah lampu yang dipasang pada masing-masing
bar. Jenis lampu yang digunakan dapat dibaca dari gambar simbolnya.
Penataan dan Percobaan
Setelah memiliki gambar desain tata cahaya maka kerja
berikutnya adalah memasang dan mengatur lampu sesuai desain. Proses pemasangan
membutuhkan waktu yang lumayan lama terutama untuk penyesuaian dengan channel
dimmer dan control desk. Satu channel bisa digunakan untuk lebih dari satu
lampu. Setiap lampu yang telah dipasang dalam cahnnel tertentu coba dinyalakan
dan diarahkan sesuai dengan area yang akan disinari. Pengaturan lampu ke
channel dimmer atau control desk diusahakan agar mudah dalam pengoperasian.
Artinya, jarak lever satu ke lever lain diusahakan berdekatan bagi lampu yang
hendak dinyalakan secara bersamaan tanpa preset. Pengaturan sudut pengambilan
juga memerlukan ketelitian. Di sinilah fungsi menghadiri latihan dengan aktor
diterapkan. Segala catatan pergerakan laku dan posisi aktor di atas pentas
dapat dijadikan acuan untuk menentukan sudut pengambilan.
Setelah semua lampu dipasang dan diarahkan kemudian
dicoba dengan mengikuti plot tata cahaya dari awal sampai akhir. Hal ini untuk
mengetahui intensitas maksimal yang diperlukan, kesesuaian warna cahaya yang
dihasilkan serta kemudahan operasional pergantian cahaya dari adegan satu ke
adegan lain. Penata cahaya mencatat semuanya dengan seksama sehingga ketika
tahap ini selesai didapatkan gambaran lengkap tata cahaya. Gambar tata cahaya
sudah bisa dilengkapi dengan channel dimmer atau nomor di control desk sehingga
tabel lampu yang terpasang pada masing-masing bar bisa dituliskan dengan
lengkap pula.
Pementasan
Tahap terakhir adalah pementasan. Seluruh kerja tata
lampu dibuktikan pada saat malam pementasan. Kegagalan yang terjadi meskipun
sedikit akan mempengaruhi hasil seluruh pertunjukan. Oleh karena itu,
kecermatan dan ketelitian kerja penata cahaya sangat diperlukan. Penting untuk
memeriksa semuanya sebelum jam pertunjukan dilangsungkan. Jika terdapati
kesalahan teknis tertentu masih ada waktu untuk memperbaikinya. Semua sangat
tergantung dari kesiapan tata cahaya karena tanpa cahaya pertunjukan tidak akan
bisa disaksikan.
Sumber :
Santosa, Eko dkk, 2008, Seni Teater Jilid 2 untuk
SMK, Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 377 – 386.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar